Secangkir Makna

Jika kau bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka menulislah.


Berbahagialah dengan Dirimu Sendiri

Di tengah liku-liku kehidupan yang semrawut ini, semua orang berusaha keras menemukan kebahagiaan. Terkadang kita mencarinya di tempat-tempat yang jauh entah dimana, padahal seringkali, kunci kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri. Filosof Stoik asal Yunani, Epictetus, pernah berkata, Kebahagiaan dan kebebasan dimulai dengan pemahaman yang jelas tentang satu prinsip: Beberapa hal ada di bawah kendali kita, dan beberapa hal tidak.” Yuk kita pikirkan sejenak, bagaimana kata-kata ini bisa mengubah cara kita mengejar kebahagiaan.

Baginda Nabi Muhammad saw juga mengajarkan untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana yang sering terlewatkan. Beliau mengatakan, “Kekuatan sejati bukan diukur dari kekuatan fisik, tetapi dari kemampuan untuk menahan diri di saat kemarahan.” Bayangkan, ada kekuatan luar biasa yang bisa kita temukan saat kita belajar mengendalikan diri kita dan melihat lebih jauh ke dalam diri sendiri.

Kita bisa membayangkan sejenak betapa banyaknya kebahagiaan yang bisa kita temukan dalam segelas kopi di pagi hari, dalam senyuman orang-orang yang kita cintai, dalam suasana nggedabrus bersama teman-teman terdekat, hingga dalam ketenangan yang kita rasakan setelah beribadah. Kebahagiaan itu sederhana, dan sering kali, lebih dekat dengan kita daripada yang kita kira.

Terkadang, kita lupa bahwa kita tidak perlu selalu mencari pengakuan dari orang lain untuk merasa bahagia. Seperti kata Imam Al-Ghazali, kebahagiaan sejati ditemukan dalam ketenangan hati yang lahir dari kepatuhan kepada Allah swt. Saat kita menerima diri kita sendiri, saat kita menemukan kedamaian dalam keimanan, kita menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sehingga, fokusnya adalah apa yang bisa kita lakukan, bukan apa yang harus kita dapatkan.

Sudahlah, ndak usah terlalu keras pada diri sendiri. Setiap dari kita memiliki keunikan masing-masing. Saat kita berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain, kita bisa melihat betapa berharganya diri kita. Kita punya hal-hal sederhana yang sangat bisa memantik kebahagiaan dalam diri kita. Sehingga sangat perlu disadari bahwa kita semua adalah ciptaan Allah swt yang sempurna dengan caranya masing-masing.

Kita juga perlu menyadari bahwa meskipun kita tidak selalu bisa mengendalikan apa yang terjadi pada diri kita, kita memiliki opsi untuk mengendalikan bagaimana kita akan meresponnya. Kebahagiaan yang sebenarnya bukanlah soal mengejar bayangan kebahagiaan yang illusif dalam hiruk-pikuk kehidupan yang menuntut kita untuk selalu berlari mengejar sesuatu. Sebaliknya, kebahagiaan yang sebenarnya dapat ditemukan saat kita mulai belajar untuk menerima diri kita apa adanya dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Dalam penerimaan terhadap diri kita sendiri, kita mulai bisa merayakan setiap kemenangan kecil dalam momen-momen sederhana. Sehingga kita dapat menemukan makna kebahagiaan yang sebenarnya, kebahagiaan yang sederhana, alami, dan nyata. Inilah perjalanan untuk menemukan kebahagiaan di tempat yang paling tidak kita duga: dalam diri sendiri.

Kebahagiaan itu ada dalam diri kita, menunggu untuk ditemukan, dirayakan, dan dibagikan. Ia ada dalam setiap tindakan kecil kebaikan, dalam setiap kepingan momen kehidupan, dan dalam setiap pikiran positif tentang diri kita sendiri. Mari kita belajar untuk menemukan dan merayakan kebahagiaan ini setiap saat, biarkan secercah cahaya dari dalam diri kita menyinari dunia di sekeliling kita.

Tabik,
Ibnu Masud

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Subscribe Newsletter

Latest Posts