Syaikh Al-Manfaluthi suatu hari bertanya kepada anaknya yang masih kecil, “Wahai anakku, kamu ingin menjadi apa di masa depan?” Sang anak, dengan penuh keyakinan dan kebanggaan menjawab, “Aku ingin menjadi sepertimu Ayah.” Jawaban ini mungkin terdengar manis di telinga kebanyakan orang, namun tidak bagi Syaikh Al-Manfaluthi. Beliau kemudian mengatakan kepada anaknya, “Tidak, tidak, tidak. Janganlah kamu berbicara seperti itu!”
Syaikh Al-Manfaluthi kemudian bercerita kepada anaknya, “Ketika aku kecil, aku bercita-cita ingin menjadi seperti Imam Ali bin Abi Thalib. (Jika kamu hanya bercita-cita agar menjadi sepertiku) Maka perbedaan antara aku dan kamu akan seperti perbedaan antara aku dan Imam Ali bin Abi Thalib. Besarkanlah cita-citamu, dan lihatlah ke atas! (optimis atas luasnya rahmat Allah swt)” Dalam kata-katanya terkandung pelajaran penting bagi sang anak, bahwa ia harus menanamkan cita-cita yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari yang bisa dibayangkannya. Beliau ingin anaknya menyadari bahwa batas-batas cita-cita tidak ditentukan oleh orang lain, bahkan tidak juga oleh ayahnya sendiri, melainkan oleh keyakinan dan aspirasinya sendiri.
Dari kisah Syaikh Al-Manfaluthi, terdapat sebuah pesan berharga bahwa seseorang tidak harus terikat oleh pencapaian orang lain, bahkan oleh mereka yang sangat dikagumi. Seperti kisah anak Syaikh Al-Manfaluthi yang mengidolakan ayahnya, tetapi diajarkan untuk bermimpi lebih besar. Ini sebuah pelajaran bahwa mengikuti jejak seseorang itu bagus, namun lebih penting untuk menciptakan jejaknya sendiri dengan optimisme untuk menggapai harapan dan cita-cita yang lebih tinggi.
Memiliki optimisme untuk meraih rahmat Allah SWT yang luas mengajarkan setiap individu bahwa mereka berhak dan mampu mengembangkan potensi dirinya masing-masing. Ini tentang menetapkan standar yang tinggi dan berkomitmen untuk terus maju, guna mencapai cita-cita besar yang diidamkan. Penting juga untuk mengakui bahwa keberhasilan besar sering kali dibangun dari serangkaian pencapaian kecil. Oleh karenanya, setiap langkah kecil yang diambil berguna sebagai fondasi penting dalam perjalanan menggapai cita-cita besar itu.
Syaikh Al-Manfaluthi juga berpesan kepada anaknya, “Besarkanlah cita-citamu, dan lihatlah ke atas.” Kata-kata ini bukan sekedar ajakan, tapi juga merupakan sebuah motivasi untuk terus berusaha dan tidak berhenti ketika sudah mencapai satu tangga keberhasilan. Sehingga seseorang bisa melihat setiap rintangan sebagai sebuah kesempatan untuk tumbuh dan setiap kegagalan sebagai peluang untuk belajar.
Meletakkan cita-cita setinggi langit bukan hanya soal angan-angan semata, tetapi tentang keberanian untuk bermimpi besar, bekerja keras, dan percaya bahwa dengan bimbingan Allah swt, tidak ada yang tidak mungkin. Stay on track, terus melangkah dan berkembang, karena langit hanyalah awal dari kemungkinan tanpa batas.
Tabik,
Ibnu Masud

Tinggalkan komentar