Secangkir Makna

Jika kau bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka menulislah.


Kita Tidak Pernah Sepenting Itu

Percaya atau tidak, kita sering terjebak dalam pemikiran bahwa dunia hanya berputar mengelilingi kita. Kadang kita merasa sebagai pusat dari segalanya, seolah-olah setiap kejadian dan situasi harus berhubungan langsung dengan kita. Namun, kebenaran yang sebenarnya adalah kita tidak pernah sepenting itu. Dunia ini, dengan segala kompleksitasnya, tidak pernah berpusat pada diri kita.

Kita sudah lama diajarkan tentang tawadhu’, atau sifat rendah hati. Sejauh manakah kita sudah merendahkan hati kita? Nabi Muhammad saw sering mengingatkan umatnya untuk tidak terlalu membesar-besarkan diri sendiri. Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebutkan, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi.” Pesan ini jelas, kebesaran diri dan rasa penting diri sendiri adalah halangan dalam pencapaian kehidupan masa depan yang baik.

Dalam konteks yang lebih luas, hal ini menunjukkan pada diri kita bahwa setiap individu hanyalah sebagian kecil dari mahakarya sang maha kuasa, bukan melulu sebagai lakon utama, jika dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan Tuhan yang terhampar luas ini. Dalam al-Quran disebutkan, “Dan tidak ada seekor binatang pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS Hud: 6). Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah memberi perhatian kepada semua ciptaan-Nya, bukan hanya kepada manusia, dan setiap makhluk memiliki perannya masing-masing dalam lanskap besar keteraturan yang dikelola oleh Allah swt.

Menyadari bahwa kita tidak sepenting itu bukan berarti merendahkan diri sendiri. Sebaliknya, ini adalah kesadaran bahwa setiap dari kita memiliki peran dan tempatnya sendiri. Dunia ini penuh dengan berbagai kehidupan, ide, dan peristiwa yang saling terhubung dalam cara yang seringkali tidak bisa kita pahami sepenuhnya. Mengesampingkan pikiran bahwa kita adalah pusat dari segalanya akan membuka mata kita terhadap hal-hal besar yang ada di sekeliling kita, sekaligus mengajarkan kita untuk lebih menghargai orang lain serta peran mereka dalam kehidupan kita.

Setiap langkah kecil yang kita ambil, setiap kata yang kita ucapkan, dan setiap senyuman yang kita bagi, semuanya memiliki kekuatan untuk menyentuh kehidupan di sekeliling kita. Kerendahan hati bukan hanya sekadar sikap, tetapi sebuah cara untuk terhubung dengan hati dan jiwa orang lain. Dengan menjadi lebih rendah hati, kita membuka mata dan hati kita terhadap dunia, memahami bahwa setiap orang memiliki cerita, harapan, dan perjuangan mereka sendiri.

Ketika kita mulai memandang dunia dari sudut pandang ini, kita akan belajar untuk mendengar, bukan hanya merespon saja, tetapi untuk benar-benar “memahami”. Kita akan belajar dan tahu bahwa sebuah kebaikan kecil yang kita berikan bisa menjadi secercah cahaya terang di gelapnya hari seseorang. Bahkan kita akan menjadi lebih dari sekadar individu yang hidup sendiri-sendiri. Kita bisa menjadi bagian dari komunitas yang saling memberi dukungan dan kekuatan satu sama lain, bahasa kininya ya support system lah. Dengan ini, kita bisa menjadi lebih terbuka untuk berbagi, lebih empatik terhadap perasaan orang lain, dan lebih aktif dalam memberikan kontribusi yang positif dan berarti di lingkungan sekitar.

Dalam setiap perjalanan masing-masing dari kita, kita bisa menemukan keseimbangan yang indah antara mengapresiasi diri sendiri dan merayakan berbagai keadaan yang ada di sekitar kita. Dunia ini memang lebih besar daripada diri kita sendiri, dan di dalamnya terdapat ruang yang tak terbatas untuk terus belajar, berbagi, dan tumbuh bersama.

Tabik,
Ibnu Mas’ud

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Subscribe Newsletter

Latest Posts