Persis setahun yang lalu (Bernadya banget ya?), berat badan saya berkisar antara 85 sampai 90 kg. Jika diukur dengan rumus berat badan ideal ala Broca, berat badan ideal saya seharusnya sekitar 63 kg. Artinya, berat badan saya saat itu surplus hampir 30 kg, atau mendekati satu setengah kali lipat dari berat badan ideal. Wow!
Untungnya, penggemukan di badan saya saat itu relatif merata. Tidak ada yang terlalu dominan. Mungkin hal inilah yang membuat saya tidak merasa perlu mengurangi berat badan. Satu-satunya hal yang terasa tidak nyaman adalah ketika dua paha bagian dalam bergesekan saat sedang berjalan mengenakan sarung. Selebihnya, no problem!
Beberapa waktu kemudian, tepatnya sepulang umrah pada pertengahan Desember, saya sempat sakit sampai awal Januari. Ini adalah salah satu sakit saya yang paling lama dan paling ndak bisa ngapa-ngapain, bahkan jika dibandingkan dengan cedera yang sampai operasi beberapa tahun sebelumnya.
Berkat sakit itu, berat badan saya turun hampir sepuluh kilo! Puncaknya menjelang Ramadan tahun ini, berat badan saya turun sampai kurang dari 80 kg. Uniknya, pasca Ramadan berat badan saya justru bertambah lagi. Walhasil, sejak saat itulah saya mencoba beberapa olahraga untuk me-maintain berat badan saya, setidaknya agar tidak kembali ke 90 kg lagi.
Opsi pertama yang saya lakukan secara rutin adalah jalan kaki di threadmill selama 30 sampai 60 menit. Kegiatan ini cukup membosankan bagi saya yang tidak terlalu punya tontonan sebagai teman jalan. Beberapa kali juga saya ikut istri untuk jalan-jalan pagi atau sore di stadion Sultan Agung dan Taman Budaya Nitikan. Kadang-kadang, jika stadion sedang dalam keadaan steril karena digunakan untuk pertandingan Liga 1, kami ke Embung Potorono yang juga tidak jauh dari rumah.
Setelah rutin jalan kaki dan lari tipis-tipis, saya mencoba untuk kembali aktif bersepeda. Kemudian juga mencoba untuk belajar nge-gym. Selain itu saya juga kembali rutin ikut kegiatan sepak bola, dan baru-baru ini, rutin juga main bulu tangkis. Aktifitas-aktifitas olahraga yang saya coba rutinkan di tahun ini, semuanya berawal dari tujuan mempertahankan berat badan yang sudah terlanjur turun. Sehingga, mau tidak mau kok sepertinya harus didawamkan. Meskipun sebenarnya ada opsi lain yang juga bisa dipakai, misalnya mengatur makanan dan pola makan. Sayangnya, saya tidak terlalu suka membatasi makanan yang saya makan, jadi ya kurang cocok aja.
Beberapa aktifitas olahraga yang telah saya coba ini ndak semuanya bisa tercover. Bagaimanapun, waktunya juga terbatas. Akhirnya ya menyesuaikan saja. Jalan kaki dan ngegym sudah mulai kacau ketika musim baru NBA dimulai. Nyepeda masih aman karena ada perjalanan-perjalanan yang sering saya lakukan dengan sepeda. Sepak bola ya tergantung jadwal rutinan, paling cepat ya sekali per dua minggu. Untungnya kok bulu tangkis bisa satu sampai dua kali dalam seminggu. Lumayan lah, olahraganya dapet, sosialnya dapet, fun-nya juga dapet.
Nah, kembali lagi ke berat badan. Setelah rutin olahraga, ternyata berat badan saya turun lagi. Kemarin sore, saya menimbang berat badan di tempat badminton yang kebetulan ada gym-nya. Hasilnya tidak berbeda dengan hasil timbangan di apotek K24 beberapa hari sebelumnya yang saya pikir error. Eh, berat badan saya ternyata cuma 74 kg. Artinya, turun sekitar 15 kg dibandingkan tahun lalu. Lumayan lah. Tapi satu hal yang paling membuat saya lega setelah mencoba rutin olahraga, tidak terlalu merasa bersalah ketika makannya ngawur. Hehehe…
Kesimpulannya? Ndak ada, wong saya cuma cerita aja. Doakan saja, semoga saya bisa tetap rutin berolahraga, amin.
Tabik,
Ibnu

Tinggalkan komentar