Secangkir Makna

Jika kau bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka menulislah.


Musik-Musik yang Membahagiakan

Seperti biasanya, menjelang akhir tahun Spotify kembali merilis rekapitulasi kebiasaan mendengarkan musik para penggunanya melalui kampanye Wrapped. Fitur ini tidak hanya merangkum apa saja yang saya dengarkan sepanjang tahun, tetapi juga memberi tahu berapa lama saya mendengarkan musik, lagu yang paling sering saya putar, artis favorit, hingga genre yang mendominasi playlist saya.

Tahun ini, total waktu saya mendengarkan musik via Spotify mencapai 31.736 menit, atau lebih dari 500 jam. Jika dirata-rata, saya menghabiskan sekitar 1,5 jam setiap hari untuk mendengarkan musik. Meski begitu, saya merasa tidak tergolong sebagai pendengar musik yang obsesif. Biasanya, musik menemani saya saat melakukan aktivitas lain seperti bersepeda, bekerja, atau sekadar mengisi suasana.

Hal menarik dari Wrapped tahun ini adalah adanya fitur Music Evolution yang menampilkan pergeseran selera musik saya secara periodik sepanjang tahun. Rekapnya cukup menggambarkan bagaimana musik menjadi refleksi perjalanan hidup saya tahun ini.

Saya mengawali perjalanan musik tahun ini dengan mendengarkan banyak lagu dari genre indie Korea. Beberapa artis yang mendominasi adalah wave to earth, ADOY, dan So!YoON!. Uniknya, dua nama terakhir sebenarnya sering terdengar secara tidak sengaja, karena band indie asal Korea Selatan yang saya tahu sebenarnya hanya wave to earth.

Memasuki bulan Maret, selera musik saya bergeser ke settingan pabrik, yaitu punk rock. Ini bukan kebetulan, karena di awal bulan Maret ini saya berkesempatan menonton konser Sum 41, salah satu band favorit saya sejak SMP. Konser tersebut menjadi momen nostalgia yang membangkitkan kembali kegandrungan saya pada band-band punk lain seperti Alkaline Trio, Green Day, dan tentu saja Rise Against!

Pada bulan September, giliran musik indie lokal yang mendominasi playlist saya. Saya kembali rutin mendengarkan band-band seperti The Adams, Fstvlst, The SIGIT, Efek Rumah Kaca, dan lainnya. Mengejutkannya, saya juga sangat menikmati karya-karya Bernadya, bahkan sampai mendengarkan albumnya secara penuh. Bernadya pun dinobatkan sebagai artis yang paling sering saya dengarkan tahun ini, dengan total waktu 985 menit!

Meskipun begitu, lima top songs yang mendominasi tetap berasal dari musik-musik slow rock. Inilah genre musik yang paling saya gandrungi. Posisi pertama ditempati oleh Can’t Stop This Feeling-nya REO Speedwagon. Disusul oleh Hard to Say I’m Sorry karya Chicago. Kemudian lagu favorit saya saat SMA, I Want to Know What Love Is yang didendangkan oleh Foreigner. Posisi ke-empat ditempati Open Arms yang saya dengarkan sejak SMP. Lagu ini merupakan karya dari grup band Journey yang saya tahu lewat sebuah acara di Metro TV yang menceritakan proses audisi Arnel Pineda untuk mengisi posisi vokalis yang ditinggalkan oleh Steve Perry saat itu. Terakhir, lagi-lagi sebuah tembang dari REO Speedwagon yang berjudul Keep on Loving You.

Lalu, lima musisi teratas yang nomor-nomornya sering saya dengarkan adalah Bernadya di urutan pertama, seperti telah saya singgung sebelumnya. Kedua adalah Sum 41 yang sayangnya akan bubar pada akhir tahun ini. Berikutnya adalah salah satu band punk rock favorit saya, Alkaline Trio. Disusul oleh Letto yang lebih seing saya dengarkan sebagai lagu-lagu rohani, dan ditutup oleh Carpenters. Itulah Spotify Wrapped saya tahun ini. Lagu-lagu itulah yang banyak menemani saya bekerja, berolahraga, dan sesekali menulis. Tidak jarang, musik-musik itu membawa saya flashback menuju momen-momen tertentu di masa lalu. Tapi apapun itu, inilah musik-musik yang bagi saya sangat membahagiakan.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Subscribe Newsletter

Latest Posts