Secangkir Makna

Jika kau bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka menulislah.


Dampak Mendengarkan Nasihat

Manusia itu beragam. Sama-sama mendengar nasihat, tapi hasilnya bisa sangat berbeda. Ibn al-Jauzī membagi tiga kelompok manusia dalam merespon nasihat yang didengarnya: segera bertindak, terkadang lalai, dan yang sama sekali tidak berefek apapun.

Kelompok pertama adalah mereka yang langsung tersadar dan bertindak. Begitu menerima nasihat, mereka tidak lagi ragu-ragu. Langkahnya cepat, tekadnya jelas. Kalau pun ada halangan, mereka berusaha melewatinya. Hatinya tidak betah berada dalam kelalaian. Seperti seseorang yang baru bangun dari tidur, mereka segera membersihkan diri dan bergegas. Tidak ada ruang untuk menunda. Inilah orang yang menjadikan nasihat sebagai titik balik yang nyata dalam hidupnya.

Kelompok kedua adalah mereka yang “angin-anginan.” Sesekali ingat, lalu kembali lalai. Nasihat bisa menggerakkan mereka untuk sementara waktu, tetapi pengaruhnya tidak bertahan lama. Kadang hati mereka lunak, lalu menguat dalam ketaatan. Namun pada kesempatan lain, tabiat lamanya menarik mereka kembali. Hidup mereka seperti ayunan yang bergerak ke depan dan ke belakang. Ada saat-saat teguh dengan nasihat itu, ada saat-saat kembali lemah. Nasihat masih berfungsi, tetapi tidak cukup untuk membentuk konsistensi. Mereka sering memulai, lalu berhenti, kemudian memulai lagi.

Kelompok ketiga adalah mereka yang “membatu.” Tidak ada perubahan sama sekali. Nasihat hanya terdengar sebatas suara yang masuk dari kuping kanan, dan keluar dari kuping kiri. Hatinya seolah terkunci, sehingga nasihat itu tidak berbekas sama sekali. Sama seperti air yang jatuh di atas batu licin, ia mengalir begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Mereka mendengar, bahkan mungkin memahami, tetapi tidak ada dorongan untuk memperbaiki diri. Tidak ada niat, tidak ada usaha, dan akhirnya tidak ada perubahan.

Hampir semua orang pernah berada di salah satu dari ketiga posisi ini. Terkadang kita bisa langsung tersentuh dan berubah. Terkadang kita hanya bertahan sebentar lalu kembali lalai. Dan ada kalanya kita mendengar nasihat tetapi sama sekali tidak bergerak. Tidak ada yang tetap. Perubahan posisi itu bisa terjadi kapan saja, sesuai kondisi hati dan kesadaran kita.

Maka, kita perlu mempersiapkan hati dan kesadaran kita dalam menerima nasihat. Keputusan selalu ada di tangan kita masing-masing. Apakah kita ingin menampung nasihat itu dan menjaganya, atau membiarkannya hilang begitu saja.

Tabik,
Ibnu

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Subscribe Newsletter

Latest Posts