Secangkir Makna

Jika kau bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka menulislah.


Modal yang Terus Meleleh

Seorang ulama salaf pernah bercerita bahwa ia bisa memahami makna surat al-‘Asr lantaran seorang penjual es. Pedagang itu berteriak merayu pembeli dengan kalimat yang menyentuh hati: “Kasihanilah orang yang modalnya terus meleleh, kasihanilah orang yang modalnya terus meleleh.”

Seketika itu, sang ulama salaf itu langsung tersadar. Inilah makna dari inna al-insāna lafī khusr—sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Waktu terus berlalu, umur pun terus berkurang, sementara kita tidak mendapatkan apa-apa. Laiknya es yang terus meleleh, “modal” hidup kita terus mencair.

Pedagang es itu harus segera menjual dagangannya sebelum habis mencair. Kita pun begitu. Umur yang kita miliki hari ini tidak akan pernah kembali lagi. Maka, setiap detik yang lewat adalah bagian dari modal hidup kita yang hilang. Kalau tidak diisi dengan amal saleh, kita benar-benar rugi.

Tidak ada yang bisa mengembalikan waktu yang sudah berlalu, sebagaimana tidak ada yang bisa membekukan kembali es dagangan yang sudah mencair itu.

Tabik,
Ibnu

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Subscribe Newsletter

Latest Posts