Secangkir Makna

Jika kau bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka menulislah.


Panjang Angan-Angan

Nabi Muhammad saw pernah menggambar di atas tanah menggunakan sebatang kayu. Beliau membuat sebuah kotak persegi, lalu menarik garis lurus dari tengah kotak itu ke luar. Di sekeliling garis itu, beliau membuat garis-garis kecil yang mengarah padanya. Setelah itu beliau menjelaskan:

“Ini adalah manusia,” sambil menunjuk titik di dalam kotak. “Kotak yang mengelilinginya adalah ajalnya. Garis yang keluar dari kotak ini adalah angan-angan. Sedangkan garis-garis kecil di sekitarnya adalah cobaan yang menghadangnya. Jika satu cobaan tidak mengenainya, cobaan lain akan mengenainya. Jika semua cobaan itu luput, ajal tetap akan menjemput.”

Hadis yang diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari ini memberikan gambaran visual yang sangat jelas tentang kondisi manusia di dunia. Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menyebutkan bahwa hadis ini terdiri dari empat unsur: manusia sebagai titik pusat, ajal yang mengelilinginya, harapan yang melampaui batas waktu hidupnya, dan berbagai cobaan yang silih berganti.

Panjangnya angan-angan manusia (ūl al-amal) digambarkan sebagai garis yang melampaui kotak ajal. Artinya, manusia cenderung memiliki angan-angan lebih jauh dari usia yang dijatahkan. Inilah fitrah yang Allah tanamkan, sekaligus sebagai bentuk ujian: apakah angan-angan itu menjadi pendorong amal atau justru melalaikan dari akhirat?

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata:

ارتحلت الدنيا مدبرة وارتحلت الآخرة مقبلة ولكل واحدة منهما بنون فكونوا من أبناء الآخرة ولا تكونوا من أبناء الدنيا فإن اليوم عمل ولا حساب وغدا حساب ولا عمل

“Dunia telah berpaling menjauh, dan akhirat datang mendekat. Keduanya memiliki anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi anak-anak dunia. Hari ini adalah waktu untuk beramal tanpa hisab, dan esok adalah waktu hisab tanpa amal.”

Panjang angan-angan memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, angan-angan adalah motor penggerak yang membuat manusia tetap produktif dan tidak putus asa. Tanpa harapan, seseorang tidak akan menanam pohon, membangun rumah, atau merencanakan masa depan. Bahkan para ulama tidak akan menulis kitab dan para ilmuwan tidak akan melakukan penelitian jangka panjang.

Di sisi lain, angan-angan yang berlebihan justru dapat membahayakan. Ia dapat melahirkan kemalasan beribadah, menunda taubat, menjerat hati pada dunia, sekaligus melalaikan akhirat. Allah Swt mengingatkan:

فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ

“Maka berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras.” (QS. al-Ḥadīd: 16)

Kerasnya hati ini terjadi karena seseorang menjadi jarang mengingat kematian, kubur, pahala, siksa, dan peristiwa-peristiwa akhirat yang seharusnya membuat hati menjadi lembut.

Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa angan-angan yang ideal adalah yang mendorong seseorang untuk berbuat kebaik. Jika angan-angan hidup lama membuat seseorang rajin beribadah dan berbuat baik, maka itu adalah angan-angan yang terpuji. Sebaliknya, jika angan-angan itu membuat ia malas dan menunda-nunda, maka itu adalah angan-angan yang tercela.

Garis-garis kecil yang divisualkan oleh Nabi saw melambangkan cobaan hidup yang datang silih berganti: sakit, kehilangan harta, atau musibah lainnya. Semuanya menjadi peringatan bahwa kehidupan ini tidak pernah bebas dari ujian. Jika pun semua cobaan itu bisa dihindari, pada akhirnya ajal tetap tidak akan terelakkan.

Oleh karena itulah, kita perlu mempertimbangkan untuk menjadi “anak akhirat” yang disebutkan oleh Sayyidina Ali KW. Agar kita tahu prioritas. Dunia adalah sarana, sedangkan akhirat tujuannya. Hari ini adalah waktu untuk bekerja dan beramal, dan besok adalah waktu untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah kita lakukan.

Barang siapa tidak mati karena pedang, pasti mati karena ajal.

Maka, bijaksanalah dalam berangan-angan. Harapkan yang terbaik di dunia dan akhirat, sekaligus tetap bersiap untuk segala kemungkinan terburuk. Dengan begitu, kita tidak akan menjadi budak angan-angan. Kita akan menjadi tuan atas hidup kita sendiri.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Subscribe Newsletter

Latest Posts