Abu Bakar bin ‘Ayyasy pernah menceritakan sebuah kejadian yang cukup memalukan. Suatu hari, dia bersama Sufyan al-Tsauri masuk ke sebuah kota. Di sana, mereka bertemu seorang pria berjenggot putih dengan pakaian yang rapi. Penampilannya sangat meyakinkan, seperti seorang ulama.
Sufyan al-Tsauri kemudian mendekati pria itu, memberi salam, lalu bertanya dengan sopan, “Wahai syaikh, apakah anda punya hadis?”
Pria itu menjawab dengan santai, “Hadis? Tidak punya. Yang saya punya ‘atiq, baru dua tahun.”
Ternyata, pria itu adalah penjual khamr (minuman keras).
Kisah ini sangat singkat, tapi lumayan nyentrik. Kita bisa melihat betapa mudahnya seseorang terkecoh hanya karena penampilan luar seseorang tampak rapi dan meyakinkan. Jenggot putih, pakaian bagus, wajah yang terlihat “berwibawa”—semua itu membuat Sufyan al-Tsauri dan Abu Bakar bin ‘Ayyasy langsung berasumsi bahwa pria itu adalah ulama.
Mungkin kita juga sering mengalami hal serupa. Melihat seseorang berpakaian formal, berbicara dengan istilah-istilah “berat,” atau tampil dengan sangat percaya diri, kita langsung memberikan kredit kepercayaan kepadanya. Padahal ya belum tentu.
Penampilan memang bisa menipu. Orang yang terlihat alim belum tentu benar-benar alim. Sebaliknya, orang yang tampak biasa-biasa saja bisa jadi jauh lebih dalam ilmunya. Masalahnya, pikiran kita memang cenderung mencari jalan pintas dalam menilai orang. Daripada mengenal lebih dalam, kita lebih suka menilai berdasarkan apa yang terlihat di permukaan.
Maka dari itu, lebih baik kita tidak terburu-buru menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya. Lebih penting lagi, jangan sampai kita sendiri menjadi “penjual khamr” yang berpenampilan seperti ulama.
Tabik,
Ibnu

Tinggalkan komentar